Rasanya sedih bercampur bingung dan kadang tidak percaya saat ini aku berada di Rumah Sakit Jiwa milik Pemerintah ini. Rumah sakit yang bangunannya tertata rapi,luas dan bersih. Tapi tidak dengan hatiku yang begitu kacau dan galau dengan situasi saat ini. Aku mengantarkan mamaku dengan segala keluh kesahnya yang tidak aku pahami. Tapi ini adalah Keputusan kita bersama setelah melalui pembicaraan yang panjang dengan semua anggota keluarga. Sedih rasanya meninggalkan mama di sini tapi ini sudah menjadi Keputusan kita. Aku membeli seporsi nasi bungkus untuk mama, dan menemaninya makan sebelum aku meninggalkan tempat ini.

Menurut dokter mama harus rawat inap di sini supaya pengobatannya bisa lebih intensif. Dengan berat hati aku meninggalkan mama dengan segala kebingungannya dan kebingunganku juga. Ku peluk mama sambil menangis aku berkata..

“mama di sini dulu ya …Rara pergi dulu ya ..” kataku sambil menangis di pelukan mama.

Rasanya begitu berat tapi ini yang harus kami tempuh. Walaupun keadaan ekonomi kami sedang tidak baik-baik saja, tapi harus kami titipkan mama di sini. Berharap mama cepat pulih dari depresinya. Sore ini menjadi sore yang begitu sendu buatku. Dalam perjalanan pulang di atas Bus aku merasa kekacauan yang dalam di fikiranku. Bagaimana ya pengobatan mama nanti ? apakah mama akan baik-baik saja ? begitu banyak pertanyaan yang muncul di fikiranku.Guncangan di Bus ini sesekali menyadarkan aku bahwa ini adalah kenyataan yang harus aku hadapi. Aku hanya bisa berserah dan berdoa kepada Tuhan, semoga keadaan ini bisa cepat pulih dan semuanya kembali baik-baik saja.

Tiga minggu sudah berlalu dan hari ini, aku berada lagi di Rumah Sakit milik Pemerintah ini. Halamannya tetap sama, tertata dengan rapi dan bersih. Aku berharap ada hasil yang baik dari kunjunganku saat ini. Aku berharap mama sungguh-sungguh akan pulih dan kami sudah diperbolehkan untuk pulang.

“ keluarga ibu Melati “ kata perawat itu mengejutkanku.

“ia kak saya kak…” kataku.

Setelah mendengar penjelasan dokter, aku paham ternyata Tuhan mendengar doaku dan mama sudah diperbolehkan pulang. Aku menarik nafas lega. Aku memeluk mama tapi kali ini dengan perasaan yang sudah berbeda. Perasaan Syukur diiringi tetes air mataku juga. Aku membantu mama membawa barang-barangnya dan mulai beranjak dari halaman Rumah sakit yang luas ini.

“sebentar ya…kata mama sambil membawa roti tawar yang tadi kubawa untuknya. Dia berlari menemui beberapa pasien di rumah sakit ini dan membagikan roti tawar yang hanya sebungkus itu. Hatiku tersentuh melihat kejadian ini. Sungguh seperti sebuah persahabatan yang tumbuh antara mereka, walau hanya tiga minggu mama disini. Kami pun meninggalkan bangunan rumah sakit yang tertata rapi dan halamannya yang bersih ini.Kali ini hatiku dan fikiranku mulai bersih sebersih halaman rumah sakit ini. Semangatku mulai bangkit kembali bersama harapan untuk Kesehatan mama yang akan semakin baik. Dan harapan untuk tidak lagi kembali menginjakkan kaki di rumput yang bersih di rumah sakit milik Pemerintah ini. (Oleh : Dian Lestari Sembiring )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *